Sekaten

Sekaten merupakan salah satu kebudayaan yang masih dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta dan Surakarta. Tradisi tersebut biasanya bertujuan untuk menjaga perdamaian, kerukunan dan bentuk syukur kepada Tuhan. Keragaman budaya yang ada di Indonesia memang sudah selayaknya harus dilestarikan, namun perlu mempertimbangkan aturan-aturan yang ada di dalam agama.

Kali ini Nona Merapi akan membahas tentang tradisi yang ada di Yogyakarta. Pembahasan tradisi Sekaten ini dibuat ringkas dan sederhana sehingga bagi yang belum tahu tentang kebudayaan ini akan mudah mendapatkan berbagai macam informasi. Di dalam artikel ini aku akan menjelaskan gambaran tradisi tersebut, sejarah, perlengkapan dll. Supaya pengetahuanmu bertambah, yuk segera simak artikel ini sampai selesai!

Sekaten

Upacara Sekaten adalah tradisi yang sudah sangat tua, menurut informasi tradisi ini ada sejak Kesultanan Demak berkuasa. Seiring bertambahnya waktu, Grebeg Sekaten terus dilestarikan hingga sekarang. Kamu bisa melihat tradisi Sekaten berasal dari ketika sedang berwisata di Kota Yogyakarta.

1. Gambaran Umum

Tradisi Sekaten adalah rangkaian acara yang diadakan setiap tahun oleh Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta. Tujuan Upacara Sekaten ialah memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau orang biasa menyebutnya Maulid Nabi.

Upacara Sekaten sendiri secara resmi akan dimulai pada tanggal 5 dan berakhir pada tanggal 12 rabiul awal dalam penanggalan Hijriah. Dalam acara tersebut banyak prosesi-prosesi yang harus dilakukan,berikut tahapan prosesi tersebut.

  1. Pada tanggal 5 rabiul awal,seperangkat gamelan jawa yang bernama Kyai Nagawilaga dan Kyai Guntur Madu dipindahkan menuju Kagungan Dalem Pagongan Masjid Agung Yogyakarta.
  2. Setelah itu, kedua set gamelan sekaten dimainkan dengan gaya ansamble secara bersamaan sampai tanggal 11 rabiul awal bertempat di serambi selatan dan utara Masjid Agung Yogyakarta.
  3. Pada tanggal 11 malam, akan berlangsung prosesi pembcaan riwayat Nabi Muhammad SAW oleh Abdi Dalem.
  4. Sebagai acara puncaknya,Kanjeng Sultan akan memberikan sedekah berupa gunungan dalam upacara grebeg kepada masyarakat sekitar yang hadir dalam prosesi tersebut.
  5. Untuk mendukung tradisi sekaten,biasanya akan diadakan pasar malam selama 40 hari. Pasar malam tersebut akan dimulai pada awal bulan safar.

Selama Grebeg Sekaten berlangsung terdapat 2 tradisi grebeg, yaitu Grebeg Numpak Wajik dan Grebeg Muludan. Grebeg ini adalah betuk sedekah kepada masyarakat sekitar berupa gunungan. Dalam gunungan tersebut terdapat berbagai macam hasil bumi.

Dua hari sebelum upacara ini berakhir akan dilaksanakan grebeg Numpak Wajik. Grebeg ini bertempat di halaman Istana Magangan pada pukul 16.00. Prosesi ini merupakan tanda awal pembuatan gunungan yang akan diarak pada prosesi Grebeg Muludan. Dalam acara ini akan dimainkan lagu-lagu jawa seperti Lompong Keli,Tundhung Setan,Owal Awil dll.

Pada tanggal 12 rabiul awal,Grebeg Muludan akan mulai dilaksanakan serta sebagai puncak acara. Pelaksanaan grebeg ini akan dimulai pada pukul 08.00-10.00 WIB dengan pengawalan prajurit kraton bernama Prajurit Wirabraja ,Dhaheng,Patangpuluh,Jagakarya,Prawiratama,Nyutra,Ketanggung,Mantrirejo,Surakarsa, dan Bugis. Prosesi tersebut akan membawa gunungan yeng berisi berbagai macam hasil bumi.

2. Sejarah Sekaten

Tradisi sekaten adalah warisan nenek moyang yang sebaiknya kita hormati dan lestarikan jika tidak menyimpang dengan norma-norma dalam agama. Seiring runtuhnya Kerajaan Majapahit, agama islam mulai masuk ke Tanah Jawa pada abad ke-14. Kemudian munculah beberapa Kerajaan Islam yang dipelopori oleh para wali songo.

Namun pada saat itu kebudayaan masyarakat jawa masih dipengaruhi Agama Hindu sehingga terjadilah akulturasi budaya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa tradisi sekaten diciptakan oleh Sunan Kalijaga ini juga masih terpengaruh dengan Agama Hindu.

Setelah Agama Islam memasuki Tanah Jawa, para wali dan pengikutnya mengadakan pertemuan di Kota Demak, dari sini Upacara Sekaten berasal dari Yogyakarta ini akan berawal. Pertemuan para wali tersebut akan berlangsung selama satu minggu di bulan Rabiul Awal dengan membahas hal-hal yang berkaitan dengan setrategi berdakwah dan lainnya.

Sebagai penutupan acara pertemuan tersebut, para wali akan merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi. Ada beberapa sebutan yang masih beredar di masyarakat tentang sebutan acara ini, orang jawa menyebutnya “Muludan”.

Agama Islam masih tergolong baru pada masa itu, sehingga dalam pertemuan-pertemuan para wali tersebut membahas tentang peningkatan intensitas dakwah kepada masyarakat. Setelah terjadi musyawarah, para wali mengadakan sebuah pagelaran syiar islam selama 7 hari menjelang kelahiran Nabi Muhammad.

Seperti yang kamu ketahui bahwa tradisi Sekaten diciptakan oleh Sunan Kalijaga, maka beliau menggunakan pendekatan tradisi dan budaya Jawa. Nah supaya masyarakat tertarik mendatangi acara tersebut, dibunyikanlah gamelan jawa dengan membawakan gending-gending ciptaan para wali.

Kemudian, saat Upacara Sekaten adalah telah selesai, masyarakat yang tertarik dengan Agama Islam akan dituntun untuk mengucapkan Kalimat syahadat. Nah dari sinilah Sekaten berasal dari kata dalam Bahasa Arab Syahadatain yang artinya dua kalimat syahadat tersebut dikenal hingga sekarang.

Tradisi tersebut semakin berkembang dan dilestarikan oleh masyarakat, bahkan setelah Kerajaan Islam Mataram terbagi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Sebagai pewaris tradisi ini, Kraton Yogyakarta dan Kraton Surakarta juga tetap melakukannya hingga sekarang.

3. Tujuan dan Makna Sekaten

Sekaten adalah tradisi yang ada sejak zaman Kerajaan Demak dan para wali songo. Tujuan Upacara Sekaten ialah memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Upacara ini hingga sekarang masih dilestarikan di Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta.

Sekaten merupakan upacara memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, sehingga menyimpan berbagai macam makna. Tradisi ini kerap menggunakan gamelan jawa, bahkan gamelan tersebut juga memiliki makna tersendiri.

Sekaten berasal dari kata dalam Bahasa Arab Syahadatain yang artinya “persaksian (syahadat) yang dua”. Arti dari kata syahadatain tersebut juga terjadi perluasan, berikut makna dari perluasan tersebut.

  1. Sahutain, memiliki makna menghentikan atau menghindari 2 perkara yaitu sifat lacur dan menyeleweng.
  2. Sakhatain, artinya menghilangkan 2 perkara yaitu watak hewan dan sifat setan.
  3. Sakhotain, memiliki arti menanamkan 2 perkara kebaikan yaitu memelihara budi suci/luhur dan selalu menghambakan diri kepada Tuhan.
  4. Sekati, artinya setimbang, perluasan makna ini mengandung arti setiap orang hidup harus bisa menimbang/memilah hal buruk dan hal baik.
  5. Sekat atau batas, setiap orang hidup harus bisa membatasi dirinya dari perbuatan jahat serta tahu batas-batas kebaikan dan kejahatan.

Kemudian Gamelan sekaten menyimbolkan ajaran-ajaran untuk berperilaku dalam masyarakatnya. Ajaran-ajaran tersebut memiliki makna ketuhanan, asal dan tujuan hidup manusia, harmonis , rukun, olah kanurasan, sabar, gotong royong dan tatanan sopan santun.

4. Daya Tarik

Sekaten merupakan upacara memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW atau biasa disebut Maulid Nabi. Tradisi ini akan berlangsung selama satu bulan penuh. Selama pagelaran tradisi ini banyak hal-hal yang menarik untuk kamu ketahui.

Yang paling menarik saat tradisi tahunan ini berlangsung adalah pasar malam. Pasar mala mini bertempat di alun-alun utara Kota Yogyakarta dan berlangsung selama satu bulan. Di dalam pasar malam ini, banyak wahana permainan dan stand yang memadati acara perayaan tersebut sehingga hal ini paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat Jogja setiap tahunnya.

Selain wahana permaianan, stand kuliner juga sangat banyak pada pasar malam tersebut. Kamu akan menemukan jajanan kekinian dan kuliner tradisional juga ada disini. Bagi kamu yang mencari hiburan, di tempat ini juga ada panggung kesenian yang menampilkan berbagai kesenian khas Jogja.

5. Perlengkapan Sekaten

Sebelum memulai tradisi ini, biasanya aka nada persiapan fisik dan persiapan batin. Persiapan fisik meliputi alat-alat dan perlengkapan upacara yaitu Gendhing Sekaten, Gamelan Sekaten, bunga kanthil, sejumlah uang logam, samir niyaga, busana seragam, dan naskah riwayat Maulud. Kemudian pada persiapan batin, persiapan ini berkaitan dengan para abdi dalem yang terlibat dalam tradisi ini. para abdi dalem harus menyiapkan batin dan mental mereka untuk menjalankan tugasnya.

Selain itu perlengkapan tradisi ini juga amat banyak. Yang pertama adalah Gunungan, dalam tradisi ini akan menggunakan 6 macam gunungan yaitu gunungan lanang, gunungan wadon, gunungan gepak, gunungan pawuhan, gunungan dharat, dan gunungan bromo. Isi dari gunungan tersebut sangat beragam mulai dari hasil bumi hingga makanan tradisional.

Upacara memperingati Maulid Nabi tersebut juga dilengkapi dengan aneka benda-benda kesultanan. Benda-benda tersebut terbagi menjadi dua macam yaitu benda yang terbuat dari logam emas mulia dengan bentuk beraneka ragam. Kemudian perbendaan yang kedua terdiri dari singgasana, trap, tempat sirih,tempat meludah, kotak pakaian bayi,tempat cuci tangan, busur, tameng, golok, dan bedhil.

Kemudian upacara tradisi ini juga menggunakan Pusaka Keraton dengan berbagai jenis. Jenis pusaka yang biasanya digunakan adalah alat musik: gamelan, genderang, sambal dan senjata: tombak, keris, gada, pedang. Kyai Sekati merupakan nama sebuat gamelan yang kerap tampil dalam tradisi ini, gamelan Sekaten dimainkan dengan gaya ansamble.

6. Dulu dan Kini

Banyak pengamatan yang menilai esensi dari Sekaten sedikit demi sedikit mulai luntur, namun entah benar atau tidak. Awalnya perayaan ini memang bertujuan memperingati Maulid Nabi. Dulu panitia upacara ini akan menggelar beragam kesenian jawa sebagai bentuk hiburan dan melestarikannya. Namun berbeda dengan sekarang, pengunjung lebih tertarik dengan pasar malam daripada melihat pertunjukan kesenian tersebut.

Leave a Comment