Sedekah Gunung Merapi

Sedekah Gunung Merapi adalah salah satu tradisi yang ada di Kawasan Merapi. Tradisi ini diadakan setiap pergantian tahun baru Islam yaitu 1 Muharram atau dalam kalender jawa tanggal 1 Suro. Prosesi upacara ini akan berlangsung selama satu hari dengan kirab budaya mengarak mahesa atau kerbau yang akan disembelih di pagi harinya. Kemudian pada malam harinya akan mulai prosesi kirab kepala kerbau menuju puncak Gunung Merapi untuk dilarung.

Kali iniĀ Nona MerapiĀ akan membahas tentang upacara tradisi yang ada di Kawasan Merapi. Pembahasan Sedekah Gunung Merapi ini dibuat ringkas dan sederhana sehingga bagi yang belum tahu tentang kebudayaan ini akan mudah mendapatkan berbagai macam informasi. Dalam artikel ini aku akan membahas gambaran umum, sejarah, perlengkapan, daya tarik dll yang berkaitan dengan tradisi ini, agar pengetahuanmu tentang Kawasan Merapi bertambah, yuk segera simak artikel ini sampai selesai!

Sedekah Gunung Merapi

Gunung Merapi memiliki banyak keunikan mulai dari kebudayaan, kesenian hingga berbagai wisata menarik. Kebudayaan ini hingga sekarang masih ada, karena masyarakat memang masih menganggap budaya tersebut memiliki makna yang mendalam bagi kehidupan sehari-hari. Menurutku, budaya tersebut memang perlu dilestarikan dan pengkajian ulang agar tidak bertentangan dengan aturan agama.

1. Gambaran Umum

Upacara adat sedekah gunung berasal dari masyarakat lereng Merapi yang berada di Dusun Lencoh,Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Tradisi ini dilaksanakan setiap tahun, bertepatan dengan tanggal 1 muharram atau pergantian tahun baru Islam.

Upacara ini merupakan bentuk permintaan keselamatan kepada Tuhan serta pengormatan kepada leluhur mereka. Masyarakat sudah melaksanakan tradisi ini sejak zaman nenek moyang mereka sehingga sudah tertanam keyakinan akan tradisi sedekah gunung ini.

Berbagai persiapan akan dilakukan sebelum memulai upacara ini. Masyarakat akan menyiapkan berbagai ubarampe atau perlengkapan adat sedekah gunung hingga pakaian jawa yang akan mereka kenakan nantinya. Mereka akan bergotong royong menyiapkan satu ekor kerbau, aneka bunga, kemenyan dan sesajen.

Sesajen tersebut berisi sembilan nasi tumpeng, palawija, dua jenis rokok, jadah bakar dll. Semua pelengkapan ini nantinya dibawa naik ke puncak Merapi bernama pasar bubrah. Di tempat tersebut para pemangku adat akan menyerahkan perlengkapan tersebut untuk dilarung.

Prosesi upacara akan dimulai pada pagi hari dengan mengadakan kirab budaya. Di dalam kirab tersebut, masyarakat akan mengarak satu ekor kerbau yang nantinya akan disembelih untuk diambil kepalanya.

Pada malam harinya, akan diadakan pembacaan legenda Gunung Merapi sebelum pemberangkatan. Kemudian akan berlanjut pembacaan doa oleh sesepuh adat dan kidung-kidungan atau nyanyian. Setelah itu, masyarakat akan mengarak ubarampe atau perlengkapan sedekah gunung menuju puncak untuk prosesi larungan.

2. Sejarah Sedekah Gunung Merapi

Masyarakat yang berada di Dusun Lencoh masih tergolong masyarakat yang tradisional sehingga masih memegang erat budaya nenek moyang mereka. Hal ini memang masih tergolong positif karena di era modern seperti ini kebanyakan masyarakat malah meniru kebiasaan orang barat yang berpotensi merusak identitas bangsa.

Namun dalam hal ini menurutku masih perlu pengkajian ulang karena bisa bertentangan dengan aturan agama. Ini terbukti karena adanya penelitian yang menunjukkan bahwa masyarakat lereng Merapi masih menganut pemahaman aboge. Paham seperti ini biasanya masih mempercayai hal-hal yang berbau mistis.

Pemahaman seperti ini sudah semestinya diluruskan agar masyarakat terhindar dari perbuatan syirik. Di dalam Agama Islam, perbuatan syirik adalah dosa besar sehingga pendekatan secara agamis harus dilakukan kepada masyarakat yang masih mempercayai unsur mistis tersebut.

Upacara adat sedekah gunung berasal dari Dusun Lencoh, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Tradisi ini hingga kini masih ada dan terus dilaksanakan setiap tahunnya oleh masyarakat setempat.

Sejarah Sedekah Gunung Merapi bermula pada sebuah kisah babat alas Mbah Petruk yang memberikan ladangnya. Dalam Bahasa Indonesia, babat alas dapat diartikan bersih-bersih pekarangan atau perkebunan dari semak belukar dan gulma yang mengganggu. Kembali ke cerita tadi, singkat cerita ladang tersebut ternyata tidak ada ladang yang aku ceritakan di awal tadi, ladang tersebut hanya terdapat hewan Kerbau.

Oleh karena itu, masyarakat menggunakan hewan kerbau yang akan diambil kepalanya untuk sesajen. Hal ini menjadi keunikan yang terdapat dalam upacara tradisional tersebut. Selain itu penggunaan sesajen lainnya seperti nasi tumpeng juga membuat upacara ini menarik.

3. Tujuan dan Makna Sedekah Gunung Merapi

Sedekah Gunung Merapi memiliki tujuan utama yaitu meminta perlindungan dan keselamatan kepada Tuhan dari bencana Merapi. Hal ini karena masyarakat di Dusun Lencoh tersebut bermata pencaharian sebagai petani di lereng Merapi. Selain itu, sebagai ajang melestarikan kebudayaan lokal yang mulai tergerus oleh perkembangan zaman. Permintaan tersebut mereka wujudkan dengan melarung ubarampe atau perlengkapan upacara.

Beralih ke makna sedekah gunung, setidaknya terdapat 3 makna yang termuat dalam upacara sedekah gunung ini. Berikut ini pengertian ketiga makna tersebut.

  • Pertama, makna sedekah gunung ini merupakan wujud adat-istiadat yang telah dilakukan masyarakat Dusun Lencoh sejak dulu dan secara turun-temurun terus dilestarikan.
  • Kemudian menurut penelitian tersebut, warga dusun terkena kewajiban untuk mengikuti upacara tersebut karena bisa terkena beban tersendiri.
  • Yang ketiga, bagi masyarakat Dusun Lencoh upacara ini memiliki sifat penting karena sebagai sarana dalam meminta keselamatan dan kesejahteraan dari Gunung Merapi.

4. Daya Tarik

Sedekah Gunung Merapi memiliki banyak hal unik yang menjadi daya tarik bagi masyarakat setempat hingga wisatawan untuk menyaksikan prosesinya. Keunikan ini bisa terlihat dari kostum warga yang segang melakukan kirab. Mereka akan menggunakan pakaian adat khas jawa dan mengarak perlengkapan upacara.

Kemudian dari segi perlengkapan, aka nada berbagai perlengkapan dalam sedekah gunung yang menarik perhatian. Salah satu contohnya adalah mahesa atau kerbau yang disembelih untuk diambil kepalanya sebagai kepentingan sesajen. Kepala kerbau ini akan dilarung bersama perlengkapan lainnya.

Keberadaan sesepuh atau pemangku adat disana juga membuat keunikan tersendiri. Pemangku adat tersebut adalah orang yang paling mengerti setiap prosesi ini. Saking pentingnya peran pemangku adat tersebut, dalam setiap perayaan beliau tidak pernah diganti dalam menjalankan tugasnya.

5. Perlengkapan Sedekah Gunung Merapi

Ubarampe perlengkapan sedekah gunung memang sangat beragam sehingga menimbulkan daya tarik tersendiri. Mulai dari masyarakat yang ikut dalam kirab budaya, mereka menggunakan pakaian adat jawa lengkap dengan penutup kepala, baju beskap, jarik, stagen dll.

Kemudian untuk ubarampe perlengkapan sedekah gunung sendiri banyak macamnya. Namun yang paling menarik adalah kepala kerbau yang akan dilarung. Selain itu, perlengkapan sesajen juga ada di upacara ini. Sesajen tersebut berupa Nasi Tumpeng berjumlah sembilan, Jadah Bakar, Palawija, Rokok Gudang Garam Klobot, Rokok Ojolali serta panggan butho yang jumlahnya dua buah.

6. Dulu dan Kini

Mungkin secara garis besar pelaksanaan upacara Sedekah Gunung Merapi tidak mengalami perubahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih adanya pemangku adat yang perannya tidak pernah tergantikan walaupun setiap tahun mengalami perubahan panitia tradisi. Pemangku adat pasti akan memberikan arahan sesuai pengalaman yang pernah beliau lihat dari leluhurnya.

Leave a Comment