Kubro Siswo adalah tarian tradisional yang berkembang di Daerah Sleman, Magelang dan sekitarnya. Gerakan dan properti tarian tersebut bercirikan prajurit sehingga irama untuk mengiringinya sangat penuh semangat dan energik. Banyak hal menarik ketika sedang menonton pertunjukan tarian ini, salah satu contohnya adalah para penari akan kesurupan dan melakukan atraksi mengupas kulit kelapa dengan giginya.
Berbeda dengan topik sebelumnya, kali ini Nona Merapi akan membahas tentang salah satu kesenian yang berasal dari Kabupaten Magelang dan sekitarnya. Pembahasan Kubro Siswo ini dibuat ringkas dan sederhana sehingga bagi yang belum melihat kesenian ini akan mudah mendapatkan berbagai macam informasi. Di dalam artikel ini akan memuat Gambaran Umum, Sejarah, Makna Kubro Siswo Magelang, Daya Tarik dll. Oleh karena itu, yuk segera simak artikel ini sampai selesai agar lebih dekat lagi dengan kesenian di Kawasan Merapi!
Kubro Siswo
Yogyakarta merupakan kota dengan segudang keunikan di dalamnya. Terlebih lagi di Kawasan Gunung Merapi, kamu bisa menemukan berbagai tempat liburan lengkap dengan kesenian yang sedang melakukan pentas. Kesenian tersebut sudah sejak lama diestarikan oleh masyarakat sekitar, alasan yang berkembang biasanya karena ingin mewariskan kesenian tersebut kepada anak cucu mereka.
1. Gambaran Umum
Kata “Kubro Siswo” merupakan kependekan dari kalimat Kesenian Ubahing Badan Lan Rogo. Dalam Bahasa Indonesia kalimat tersebut mengandung arti “kesenian mengenai gerak badan dan jiwa”. Dalam artian yang luas, mengandung makna mengingatkan manusia agar menyelaraskan kehidupan dunia dan akhirat sehingga memperoleh keselamatan.
Kemudian, Kubrosiswo juga memiliki makna tersendiri, Kubro artinya “Besar” dan Siswo artinya “Murid”. Nama kesenian ini secara kebahasaan dapat diartikan murid-murid yang memiliki pengabdian besar terhadap Tuhan. Hal ini karena tarian kubro memiliki latar belakang penyebaran Agama Islam dan perjuangan rakyat melawan penjajah.
Tarian tradisional ini sudah berkembang hingga daerah Temanggung, Jawa Tengah. Pesatnya perkembangan tarian ini mungkin karena terdapat hal unik didalamnya. Menurutku hal unik yang menarik perhatian tersebut terdapat pada gerakan dan kostum penari.
Deskripsi gerakan tari kubro menggambarkan suasana perang melawan penjajah pada zaman dahulu. Para penari akan bergerak energik mengikuti irama lagu yang dimainkan. Gerakan mereka juga terlihat sangat kompak sehingga membuat kesenian ini enak untuk ditonton.
Dalam satu babak Tarian Kubro biasanya terdiri dari 15-25 orang laki-laki. Kamudian mereka menggunakan kostum kaos, celana pendek, kacamata, ikat kepala, sepatu, kaos kaki panjang, sapu tangan sambil membawa perisai dan pedang kecil. Lalu ada beberapa orang diatas panggung menyanyikan syair islam berbahasa jawa dan memberi aba-aba kepada para penari menggunakan ciri khasnya yaitu peluit.
Pementasa biasanya saat malam hari tiba dengan durasi paling tidak 5 jam. Saat pementasan, kesenian kubro ini tidak lepas dari unsur mistis. Para penari akan mengalami kesurupan secara alami kemudian menampilkan berbagai macam atraksi.
Atraksi penari saat kesurupan tersebut bermacam-macam, salah satu contohnya adalah mengupas kulit kelapa dengan gigi. Setelah beberapa lama, pawang kesenian kubro akan mengeluarkan jin tersebut dari tubuh penari. Para penari akan tersedarkan lagi dan pertunjukan pun selesai.
2. Sejarah Kubro Siswo
Sejarah Kubro Siswo mulai muncul pada tahun 1960an dan berasal dari Mendut, Mungkid dan Magelang. Kesenian Kubrosiswo merupakan bentuk kesenian yang berlatar belakang penyebaran Agama Islam dan perlawanan masyarakat zaman dahulu kepada penjajah. Hal ini membuat deskripsi gerakan tari kubro menggambarkan prajurit yang sedang perang serta terdapat unsur politik dan dakwah islam didalamnya.
Di tahun 1960-an tersebut, paham komunis mulai menjalar di kalangan masyarakat. Bahkan saking parahnya, paham komunis tersebut juga masuk ke dalam ranah kesenian masyarakat setempat. Keadaan inilah yang membuat kekawatiran para ulama dan tokoh masyarakat timbul.
Rasa kawatir para ulama dan tokoh masyarakat tersebut membuat kesenian Kubro Siswo Magelang ini mulai muncul sebagai saran dakwah agar masyarakat tidak terpengaruh oleh paham komunis tersebut. Hingga kini kesenian ini masih dilestarikan dan terus berkembang ke wilayah Yogyakarta dan Temanggung.
3. Makna Kubro Siswo
Kubro Siswo merupakan singkatan dari Kesenian Ubahing Badan Lan Rogo, artinya kesenian mengenai gerak badan dan jiwa, sehingga dalam kesenian ini memiliki tujuan untuk mengingatkan manusia supaya menyelaraskan kehidupan dunia dan akhirat. Sedangkan kata siswo memiliki makna untuk dapat melakukan harus melalui proses belajar terlebih dahulu.[1]
Dalam segi bahasa Kubro memiliki arti Besar dan Siswo yang artinya murid. Dari nama kesenian ini, dapat dimaknai murid-murid yang memiliki pengabdian besar terhadap Tuhan. Dengan demikian kamu jangan merasa heran ya, karena dalam pementasan akan membawa ajakan-ajakan kebaikan dalam beragama Islam.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesenian kubrosiswo memiliki makna sebuah tarian dengan para penari muda Islam. Kesenian ini menurut KBBI digunakan untuk media dakwah dengan menginterpretasi syair bernapaskan islam dan gerakan yang dinamis.
4. Daya Tarik
Banyak hal menarik dari Kubrosiswo ini. Pertama, dari segi kostum para penari terlihat menarik dan memiliki kesan humor. Bagaimana tidak, para penari leaki-laki akan menggunakan kostum yang agak ketat dan memakai beberapa pelengkapan yang mengundang tawa. Perlengkapan yang membuat kesan humor tersebut adalah sarung tangan, kaos kaki panjang seperti pemain sepak bola dan mengenakan sepatu.
Kemudian daya tarik tersebut juga muncul diatas panggung. Ada beberapa orang yang menyanyikan syair dakwah Agama Islam dengan mengenakan kostum seperti jendral TNI Angkatan Laut. Pakaian mereka berwana putih lengkap dengan penutup kepala, kacamata, peluit dan berkumis.
Daya tarik yang lain muncul dari gerakan para penari. Mereka menari dengan gerakan yang penuh semangat dan terkesan seperti sedang senam dalam barisan. Gerakan tersebut sangat menarik dan membuat kesan humor semakin bertambah dalam setiap pementasannya.
Setelah menari beberapa menit, para penari akan mengalami kesurupan secara alami. Unsur negatif akan memasuki badan mereka sehingga membuat kesadaran penari hilang. Pada saat itu, penari akan meminta berbagai macam sesajen. Selain itu ada juga penari yang sedang kesurupan melakukan atraksi berbahaya.
Irama untuk mengiringi pementasan kesenian ini juga menarik. Pementasan akan diiringi dengan alat musik seperti bedug, ketiplak, bende, drum dll. Alat musik tersebut memiliki irama yang cepat sehingga sangat cocok berpadu dengan gerakan para penari.
5. Pementasan Kubro Siswo
Pementasan Kubro Siswo memiliki tujuan menghibur masyarakat dan menambah wawasan tentang Agama Islam karena didalamnya mengandung unsur dakwah. Melalui syair-syair berbahasa jawa tersebut masyarakat diajak mengamalkan semua kewajiban dan Sunnah Nabi. Ajakan ini termasuk ringan karena melalui pendekatan seni yang sudah sangat jelas menempel di kehidupan sehari-hari Masyarakat Jawa.
Pementasan kesenian ini biasanya jika ada kepentingan tertentu seperti acara khitanan, pesta pernikahan, peresmian suatu tempat dll. Selain itu saat memperingati hari kemerdekaan biasanya juga mengundang salah satu paguyuban untuk melakukan pentas.
6. Perlengkapan
Properti yang digunakan dalam pementasan kesenian ini sangat beragam. Mulai dari alat musik, kesenian ini menggunakan alat musik berupa suling, jedhor, bedug, kendang, drum, cymbal, bende dll. Semua alat musik tersebut ditabuh dengan menggnakan tempo yang cepat sehingga sangat kompak jika berpadu dengan gerakan penari.
Sebelum melakukan pentas, biasanya para penari akan dirias terlebih dahulu. Kemudian menggunakan kostum yang sudah aku sebutkan pada subjudul ke-4. Tidak hanya penari, orang yang memberi aba-aba dan penabuh alat musik juga menggunakan kostum yang unik.
Ketika tampil, syair-syair dakwah berbahasa jawa akan dinyanyikan oleh orang yang memberi aba-aba diatas panggung. Bagi kamu yang penasaran dengan syair tersebut, berikut salah satu liriknya.
“Poro Muslimin podo bungah, Puji syukur ing Gusti Allah, Sasi rejeb tanggal pitu likur, Allah animbali kanjeng Rosul, Nabi Muhammad kedawuhan, Anindaake marang kewajiban, Nindaake sholat 50 waktu, Kanggo sangune nyuwun pangestu, 50 waktu mung kari limo, Kanggo ngenteng-ngenteng poro manungso, Sholat iku wajibe kang mulyo, Ora abot lan ora rekoso”