Dayakan

Dayakan merupakan kesenian yang berkembang di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Perkembangan kesenian ini banyak ditemukan di Daerah Magelang dan Sleman. Namun tidak hanya kedua wilayah tersebut, kesenian ini juga berkembang di Daerah Temanggung dan Boyolali.

Pada kesempatan kali ini Nona Merapi akan membahas tentang salah satu kesenian yang sudah sejak dulu dilestarikan masyarakat Lereng Merapi dan sekitarnya. Pembahasan Kesenian Dayakan ini dibuat ringkas dan sederhana sehingga bagi yang belum melihat pertunjukannya akan mudah mendapatkan berbagai macam informasi. Di dalam artikel ini aku akan membahas Gambaran Umum, Sejarah Dayakan Magelang, Daya Tarik, Perlengkapan dll. Supaya wawasanmu tentang Kawasan Merapi bertambah, yuk segera simak artikel ini sampai selesai!

Dayakan

Kawasan Merapi merupakan wilayah yang menyimpan berbagai macam keunikan sehingga berpotensi menjadi destinasi tujuan para wisatawan domestik maupun luar negeri. Disini kamu akan menemukan berbagai wisata alam, wisata buatan hingga tempat kuliner dengan citarasa yang lezat. Selain itu, kamu bisa menemukan pementasan kesenian tradisional pada salah satu tempat wisata tersebut. Menariknya lagi, kesenian tersebut masih berkaitan dengan hal mistis, jadi akan ada atraksi berbahaya dalam kesenian tersebut.

1. Gambaran Umum

Pengertian Kesenian Dayakan adalah hasil kreasi baru dari Kesenian Kubro Siswo. Kesenian ini juga sering disebut Topeng Ireng karena memiliki kostum yang sama, terlebih pada bagian penutup kepala. Tarian ini juga menggunakan penutup kepala yang dihiasi bulu ayam dan klinting (lonceng kecil) di bagian kaki setiap penari, hal ini membuat orang-orang beranggapan bahwa kedua kesenian ini sama.

Secara lebih rinci, kedua kesenian ini memang memiliki konsep yang sama namun dari segi nama dan sejarah sangat berbeda. Tari Dayakan Magelang merupakan cikal bakal berdirinya Tari Topeng Ireng. Jadi jika dilihat dari sejarahnya memang kesenian ini lebih dulu muncul dari pada Topeng Ireng.

Menurutku, perbedaan dengan Kesenian Topeng Ireng juga terletak pada warna kostum penari. Pada Tari Topeng Ireng, kostum mereka terlihat lebih mencolok dan menggunakan pilihan warna emas. Kemudian pada kesenian ini kebanyakan kostumnya menggunakan warna gelap dan mirip baju adat Suku Dayak.

Tari Dayakan berasal dari Magelang, sejak zaman penjajahan hingga saat ini masyarakat masih melestarikannya dan terus berkembang di tengah kehidupan masyarakat Temanggung lereng Merapi Merbabu. Kesenian ini memiliki pengertian dan keunikan yang lebih bagi masyarakat, sehingga hal ini menjadi alasan utama mengapa tarian ini tetap dilestarikan.

Tarian ini juga memiliki ciri khas dan filosofi yang menjadikannya semakin menarik saat pertunjukan. Ciri khas tersebut adalah hentakan kaki dan pengulangan gerakan yang banyak. Gerakan dalam tarian ini tidak terlepas dari irama alat musik yang ada. Para penari mengikuti Irma music tersebut sehingga terbentuklah gerakan yang cepat, kompak dan penuh semangat.

2. Sejarah Dayakan

Menurut sumber, Tari Dayakan berasal dari Magelang. Sejarah dan sinopsis tentang kesenian ini akan aku bahas pada subjudul kedua ini. Terdapat berbagai macam filosofi sejarah tentang tarian satu ini, namun penjelasan yang akan aku bawakan ini bisa kamu jadikan acuan karena sudah terdapat dalam penelitian.

Dayakan muncul di Indonesia sudah sejak zaman penjajahan belanda sebagai sarana hiburan dan fungsi lain oleh masyarakat pribumi. Seiring bertambahnya waktu, Pada tahun 1995 nama kesenian ini menimbulkan kekawatiran berupa unsur SARA. Kemudian tarian ini berganti nama menjadi kesenian Topeng Ireng dan sejak tahun 2005 nama awal kesenian ini mulai dipopulerkan kembali meskipun mendapat penolakan dari Suku Dayak. Dari hal ini dapat disinopsiskan bahwa Tari Topeng Ireng adalah kreasi beru dari kesenian yang sedang aku bahas ini.

Beralih ke sejarah alat musik untuk iringan kesenian ini. Pada awalnya, alat musik yang digunakan sangatlah sederhana, hanya berupa kendhang, bendhe dan gong kempul. Namun penggunaan alam musik ini terasa monoton. Kemudian terjadilah penambahan alat musik gamelan yaitu demung, saron dan bonang dengan laras slendro.

3. Makna Dayakan

Tari Dayakan memiliki berbagai macam makna yang terkandung dalam busana, tata rias, gerakan setiap babak dan pola lantai yang digunakan. Busana pada kesenian ini mendapat pengaruh dari Suku Dayak dan Suku Indian di Amerika. Semua busana tersebut juga identikan dengan suatu pasukan prajurit yang berseragam lengkap. Hal ini membuat ketegasan dan sifat keras nampak pada setiap penari.

Penutup kepala para penari juga memiliki simbol tertentu. Biasanya dalam penutup kepala tersebut ada simbol berwarna putih dan terdapat gambar kepala singa. Simbol tersebut menggambarkan sifat hewan singa yang kuat dan tidak tertandingi karena memiliki kedudukan sebagai raja hutan.

Tata rias atau make up para penari juga memiliki ciri khas yaitu coreng-moreng beraneka warna. Make up tersebut memadukan warna hitam,putih dan kuning sehingga seolah-olah membentuk gambaran wajah seperti harimau. Gambaran tersebut memiliki arti keberanian, ketangguhan, dan kekuatan yang tidak tertandingi.

Pertunjukan kesenian ini terbagi menjadi 3 babak yaitu Rodat, Montholan dan Kewanan. Dalam setiap babak, biasanya akan tersemat suatu lakon cerita rakyat yang telah populer di kalangan masyarakat. Pada babak pertama para penari akan menghentakkan kaki mereka seolah-olah menggambarkan prajurit yang siap berperang dan membawa sifat tegas, keras, tidak terkalahkan dan pemberani. Hentakan kaki ini menggambarkan gertakan keras dalam menghadapi musuh.

Babak kedua menggambarkan seorang Tokoh Sentral dan para pengikutnya yang senang menghibur tokoh tersebut ketika ia merasa lelah. Pada babak ketiga, terjadilah gambaran tentang gangguan-gangguan yang dilakukan oleh macan, singa, sapi liar, banteng, dan sebagainya. Gerakan pada babak ketiga ini mengandung makna bahwa manusia jangan bertingkah laku seperti hewan yang tidak beradab dan tidak memiliki akal.

Kemudian yang terakhir adalah pola lantai, kesenian ini menggunakan pola dinamis yaitu pola dengan arah gerak bebas. Pola dinamis sangat identik dengan tarian keprajuritan sehingga pola tersebut menggambarkan sifat prajurit ketika menghadapi musuh dan melindungi kerajaannya. Setiap pola memiliki arti sikap yang tegas,berani,kuat dll.

4. Daya Tarik

Kesenian ini memiliki konsep yang mirip dengan Topeng Ireng. Sehingga keunikan didalam tarian ini juga tidak terlalu jauh dari Tari Topeng Ireng. Sama seperti Topeng Ireng, keunikan yang pertama timbul pada kostum para penari.

Tarian ini menggunakan mahkota dengan hiasan bulu-bulu dan terdapat gambar wajah hewan seperti singa. Hal ini sangat unik karena bulu-bulu tersebut jumlahnya sangat banyak serta disusun membentuk mahkota yang rapi. Pada saat digunakan mahkota tersebut akan menimbulkan gerakan unik.

Kemudian bagian tata rias wajah penari juga terlihat unik. Wajah para penari akan dirias dengan beberapa warna yang menggambarkan kegagahan raja hutan. Goresan warna tersebut menambah kesan sangar atau menyeramkan.

Gerakan penari juga sangat lincah dan penuh semangat. Mereka akan mengikuti alunan alat musik yang ditabuh hingga menghasilkan irama yang rancak. Saat ini alat musik pengiring telah mendapat modifikasi sehingga gerakan penari tidak lagi monoton.

Kesenian ini juga tidak jauh dari unsur mistis. Contohnya saja, sebelum pementasan dimulai ketua dari paguyuban akan menyediakan sesajen untuk mahluk halus. Hal ini menurutku menarik, namun kegiatan seperti ini tentu menyalahi aturan agama.

5. Pementasan Dayakan

Kesenian ini berfungsi sebagai sarana hiburan masyarakat sekitar. Pementasan tarian ini biasanya ketika sedang ada acara tertentu seperti kirab budaya, festival rakyat, upacara bersih desa, acara-acara seni, syukuran, pesta pernikahan, acara sunatan dll. Tempat untuk pertunjukan tidak menentu, kadang beberapa tempat wisata di Kawasan Merapi juga mementaskan kesenian ini untuk hiburan dan sarana edukasi para penggunjung.

6. Perlengkapan

Banyak perlengkapan yang digunakan saat pementasan Dayakan ini. Yang pertama adalah kostum, tata rias dan alat musik seperti kendang, bendhe, gong, kempul, demung, saron, sambal dll. Kemudian ada beberapa perlengkapan untuk keperluan sesajen.

Di dalam sesajen tersebut terdapat beragai macam bunga seperti mawar, melati, kantil, kenanga, wongso. Lalu terdapat juga kelapa, pisang, dupa, kemenyan, kunyit timun dan minuman. Semua sesajen tersebut diletakkan pada tempah atau benda yang terbuat dari bambu.

Sebagai seni pertunjukan, pastinya menggunakan lagu-lagu untuk mengiringi pementasan. Salah satu judul lagu dalam kesenian tersebut adalah Aki Sutopo dengan lirik sebagai berikut.

Aki Sutopo

duwe..ngelmu kang utomo

Kanggo bekal ngalemboro

gepagomo marang poro wargo

mulo saiki

Ki Sutopo ngudaneni  

Dasar priyone sekti

Marang wargo biso ngurakapi

Nganti saiki

Ki Sutopo di juluki

Cikal bakal gawe mukti

Kabeh mau..peparinge gusti

Mulo saiki

Diganterke nganggo seni

Iki wes podo memetri

Cikal bakale ben biso lestari

Leave a Comment